Senin, 28 Maret 2016

PROFIL KOTA BEKASI





Gambaran Umum 




      Kota Bekasi adalah salah satu kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Nama Bekasi sendiri berasal dari kata bagasasi yang artinya sama dengan candrabaga yaitu nama sungai yang melewati kota ini, nama ini tertulis di dalam Prasasti Tugu era Kerajaan Tarumanegara. Kota Bekasi ini merupakan bagian dari megapolitan “JABODETABEK” dan menjadi kota dengan jumlah penduduk terbanyak kelima di Indonesia sebanyak 2.334.871 jiwa (Sumber : Sensus Penduduk 2010) serta menjadi kota terpadat kesepeluh di Indonesia dengan kepadatan 11.000 jiwa/km2.

Kota Bekasi juga dijuluki sebagai Kota Patriot dan Kota Pejuang karena saat ini Kota Bekasi berkembang menjadi tempat tinggal kaum urban yang mencari nafkah di pusat kota dan sentra industri salah satu sumber kegiatan untuk mencari nafkah.

Sejarah
      Bekasi merupakan ibu kota Kerajaan Tarumanegara pada masa tempo dulu dengan sebutn Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri. Di kota inilah asal Maharaja Tarusbawa, pendiri Kerajaan Sunda menurunkan raja-raja sunda sampai generasi ke-40 yaitu Ratu Ragumulya, Penguasa Pajajaran yang terakhir.
        Pada masa kolonial Hindia-Belanda, Bekasi merupakan salah satu kewedanaan di dalam Kabupaten Meester Cornelis, yang termasuk ke dalam wilayah karesidenan Batavia En Omelanden. Saat itu kehidupan masyarakatnya masih di kuasai oleh para tuan tanah keturunan Cina. Kondisi ini terus berlanjut sampai pendudukan militer Jepang. Pendudukan militer Jepang turut mengubah kondisi masyarakat saat itu. Jepang melaksanakan Japanisasi  di semua sektor kehidupan. Regenschap Meester Cornelis menjadi Ken Jatinegara yang wilayahnya meliputi Gun Cikarang, Gun Kebayoran dan Gun Matraman[2]. Pada tahun 1950, Kabupaten Meester Cornelis (Jatinegara) berubah nama menjadi Kabupaten Bekasi. Dan Kota Bekasi merupakan sebuah kecamatan dari Kabupaten Bekasi yang kemudian berkembang dan ditingkatkan statusnya pada tahun 1982 menjadi kota administratif Bekasi. Kota Bekasi saat itu terdiri atas empat kecamatan yaitu kecamatan Bekasi Timur, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, dan Bekasi Utara, serta meliputi 18 kelurahan dan 8 desa. Pada tahun 1996 kota administratif Bekasi kembali ditingkatkan statusnya menjadi kotamadya (sekarang "kota").
Luas Wilayah dan Letak Geografis
Letak Geografis Kota Bekasi  yang berada di 106o48’28’’ – 107o27’29’’ Bujur Timur dan 6o10’6’’ – 6o30’6’’ Lintang Selatan ini merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Kota Bekasi memiliki luas wilayah daratan seluas 210,49 km2 atau sekitar 0,59% dari wilayah daratan Provinsi Jawa Barat. Batas Wilayah Kota Bekasi adalah :


-      Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi
-      Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok
-      Sebelah Barat : Provinsi DKI Jakarta
-      Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi
Berdasarkan pembagian administratifnya Kota Bekasi dibagi menjadi 12 kecamatan yaitu Kecamatan Pondok Gede, Jati Sampurna, Jati Asih, Bantar Gebang, Bekasi Timur, Rawa Lumbu, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, Medan Satria, Bekasi Utara, Mustika Jaya, Pondok Melati.
Topografi
        Kota Bekasi terletak pada ketinggian 19 meter dari permukaan laut (m dpl), yang memiliki kondisi topografi yang relatif datar oleh karena itu daerah Kota Bekasi termasuk dalam satuan dataran rendah yang memiliki potensi banjir cukup tinggi (SLHD Kota Bekasi dari BPS Kota Bekasi, 2010). Ketinggian kurang dari 25 meter berada pada Kecamatan Medan Satria, Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Bekasi Timur, dan Pondok gede. Sedangkan ketinggian antara 25–100 meter dpl berada di Kecamatan Bantargebang, Pondok Melati, dan Jatiasih. Morfologi regional Kota Bekasi relatif datar  dengan kemiringan antara 0 – 2 %, dengan bentuk miring ke utara, dan menempati daerah yang paling luas di bagian tengah dan utara sampai ke pantai. Struktur lahan di Kota Bekasi mayoritas terdiri dari daerah datar yang berawa.
        Wilayah dengan ketinggian dan kemiringan rendah menyebabkan pada beberapa daerah sulit untuk membuang air limpasan hujan dengan cepat, sehingga sering merupakan langganan genangan air, yaitu ditemukan di beberapa kecamatan, seperti:
Ø  Kecamatan Jatiasih, meliputi: Kelurahan Jatirasa, Jatimekar dan Jatikramat;
Ø  Kecamatan Bekasi Timur, meliputi: Kelurahan Duren Jaya dan Aren Jaya;
Ø  Kecamatan Rawalumbu, meliputi: Kelurahan Bojong Menteng dan Pengasinan;
Ø  Kecamatan Bekasi Selatan, meliputi: Kelurahan Jakasetia, Pekayon Jaya, dan Marga Jaya;
Ø  Kecamatan Bekasi Barat, meliputi Kelurahan Bintara Jaya dan Kota Baru;
Ø  Kecamatan Pondok Melati, meliputi Kelurahan Jatirahayu.
Profil topografi kota seperti tersebut di atas secara tidak langsung berpengaruh terhadap penanganan air limbah, yang selama ini bertumpuk atau terkonsentrasi di beberapa kelurahan, seperti: Kelurahan Jatimakmur, Kelurahan Jatikramat, Kelurahan Jatimekar, dan Kelurahan Jatisari (Kecamatan Jatiasih), serta Kelurahan Mustika Jaya (Kecamatan Bekasi Timur).
Geologi dan Jenis Tanah
Struktur geologi wilayah Kota Bekasi didominasi oleh pleistocene volcanic facies. Struktur aluvium menempati sebagian kecil wilayah Kota Bekasi bagian Utara. Sedangkan struktur miocene sedimentary facies terdapat di bagian Barat wilayah Kota Bekasi sepanjang perbatasan dengan wilayah Provinsi DKI Jakarta. Kondisi di wilayah Selatan Kota Bekasi, tepatnya di daerah Jatisampurna, terdapat sumur gas. Sumur gas tersebut adalah II.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun 2013-2018 Revisi Sumur JNG-A dengan titik koordinat 106°55’8,687”BT dan 06°20’54,051”LS dan Sumur JNG-B dengan titik koordinat 106°55’21,155”BT dan 06°21’10,498”LS. Keadaan tanah dapat membantu di dalam menentukan wilayah yang cocok untuk permukiman dengan mempertimbangkan aspek fisik yang meliputi kedalaman efektif, tekstur tanah, dan jenis tanah. Dengan kedalaman efektif tanah sebagian besar di atas 91 sentimeter, jenis tanah latosol dan aluvial, serta tekstur tanah didominasi sedang halus. Komposisi perbandingan berdasarkan luasnya antara lain: tekstur halus seluas 17.260 hektar (82 persen), tekstur sedang seluas 3.368 hektar (16 persen) dan tekstur kasar seluas 421 hektar (dua persen).
                                   Peta Air Limbah Kota Bekasi 2010

Hidrologi dan Klimatologi
Kondisi hidrologi Kota Bekasi dibedakan menjadi dua:
1. Air permukaan, mencakup kondisi air hujan yang mengalir ke sungai-sungai.
Wilayah Kota Bekasi dialiri 3 (tiga) sungai utama yaitu Sungai Cakung, Sungai Bekasi dan Sungai Sunter, beserta anak-anak sungainya. Sungai Bekasi mempunyai hulu di Sungai Cikeas yang berasal dari gunung pada ketinggian kurang lebih 1.500 meter dari permukaan air.
Air permukaan yang terdapat di wilayah Kota Bekasi meliputi sungai/kali Bekasi dan beberapa sungai/kali kecil serta saluran irigasi Tarum Barat yang selain digunakan untuk mengairi sawah juga merupakan sumber air baku bagi kebutuhan air minum wilayah Bekasi (kota dan kabupaten) dan wilayah DKI Jakarta. Kondisi air permukaan kali Bekasi saat ini tercemar oleh limbah industri yang terdapat di bagian selatan wilayah Kota Bekasi (industri di wilayah Kabupaten Bogor).
2. Air tanah
Kondisi air tanah di wilayah Kota Bekasi sebagian cukup potensial untuk digunakan sebagai sumber air bersih terutama di wilayah selatan Kota Bekasi, tetapi untuk daerah yang berada di sekitar TPA Bantargebang kondisi air tanahnya kemungkinan besar sudah tercemar.
Wilayah Kota Bekasi secara umum tergolong pada iklim kering dengan tingkat kelembaban yang rendah. Kondisi lingkungan sehari-hari sangat panas. Hal ini terlebih dipengaruhi oleh tata guna lahan yang meningkat terutama industri/perdagangan dan permukiman. Temperatur harian diperkirakan berkisar antara 24 – 33° C
Demografi
a. Kependudukan
Sejak dibentuk sebagai Kotamadya pada tanggal 10 Maret 1997, mulanya penduduk Kota Bekasi hanya berjumlah 1.471.477 jiwa yang terdiri dari laki-laki 740.467 jiwa dan penduduk perempuan sekitar 731.010 jiwa. Namun pada tahun 2013, berdasarkan BPS Kota Bekasi jumlah penduduk Kota Bekasi mencapai 2.592.819 jiwa. Jumlah ini ternyata meningkat selama dua tahun terakhir, yaitu dari 2.523.032 jiwa pada 2012 dari 2.453.328 jiwa tahun 2011. Seperti terlihat pada tabeldibawah ini:
   
Sumber : BPS Kota Bekasi Tahun 2016

Berdasarkan sensus tahun 2010, Kecamatan Bekasi Utara merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan tertinggi di Kota Bekasi, yakni sebesar 12.237 jiwa/km² dan Kecamatan Bantar Gebang dengan kepadatan 4.310 jiwa/km² menjadi yang terendah. 
   Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang mayoritas tergolong masyarakat kelas menengah ke atas, Bekasi juga gencar melakukan pembangunan apartemen dan pusat perbelanjaan mewah. Selain itu Bekasi sebagai kawasan hunian masyarakat urban, kota ini banyak membangun kota-kota mandiri, di antaranya Kota Harapan Indah, Kemang Pratama, dan Galaxi City dan terakhir juga sedang pada tahap pembangunan kota mandiri Summarecon Bekasi seluas 240 ha di kecamatan Bekasi Utara.
b. Agama
Kota Bekasi memiliki beragam jenis agama yang di anut oleh penduduknya. Agama Islam menjadi agama mayoritas di Kota Bekasi dengan jumlah penduduk sebanyak 2,508,492 jiwa. Agama Kristen dianut penduduk sebanyak 80,636 jiwa. Penduduk beragama Katolik  sebanyak 19,594  jiwa. Beragama Hindu sebanyak 1,920  jiwa, Agama Budha sebanyak 11,769 jiwa, dan paling rendah jumlah penduduk beragama Khonguchu sebanyak 475 jiwa. Penduduk umat beragama di Kota Bekasi juga ditunjang oleh beberapa fasilitas peribadatan yang terdapat di kota ini seperti Masjid Agung Al-Barkah Bekasi untuk umat beragama islam yang terletak di pusat kota. Kemudian fasilitas peribadatan lainnya seperti Vihara Tridharma Buddha Dharma di Pasar Lama, Cetiya Buddha Jayanti di Kota Harapan Indah, Gereja Santo Arnoldus di Bekasi Timur, Gereja Santo Michael di Bekasi Barat, Gereja Santo Bartholomeus di Bekasi Selatan, Gereja Santa Clara di Bekasi Utara.
c. Suku Bangsa
Masyarakat Kota Bekasi merupakan masyarakat yang heterogen yang terdiri dari beragam suku dan golongan. Beberapa suku yang dominan di Kota Bekasi adala suku Betawi, Sunda, Jawa, Minangkabau, Tionghoa dan lain-lain. Perbedaan suku bangsa ini tidak menghalangi terciptanya kehidupan yang rukun di Kota Bekasi ini sendiri.
d. Bahasa 
Beragam bahsa yang terdapat di Kota Bekasi, hal ini dipengaruhi oleh asal daerah para penduduknya seperti bahasa Sunda, bahasa Betawi, bahasa Tionghoa, bahasa Minang, bahasa jawa. Namun tidak jarang Bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar sehari-hari masyarakat Kota Bekasi. Hal ini disebabkan karena Kota Bekasi sendiri ialah kota urban untuk mencari pekerjaan dimana Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dipahami semua suku bangsa di Indonesia untuk mempermudah para antar urban dari berbagai suku bangsa dalam berkomunikasi.
Sarana dan Prasarana
a. Pendidikan
Saat ini terdapat 3110 sekolah, 62852 siswa dan 2260 guru yang terdaftar di seluruh kota Bekasi dan daerah sekitarnya. Di Kota Bekasi terdapat 19 SMA yang terdiri atas 12 SMA Negeri, 2 Madrasah Aliyah Negeri dan 2 SMALB Negeri yang dikelola oleh Dinas Pendidikan Kota Bekasi.
b. Kesehatan
Kota Bekasi memiliki 31 Puskesmas yang tersebar diwilayahnya. Selain itu kota Bekasi juga meluncurkan Kartu Bekasi Sehat (KBS) yang dibagikan kepada warga yang tidak mampu. Selain itu ada beberapa rumah sakit besar di kota Bekasi seperti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi dan Rumah Sakit Mitra Keluarga
c. Transportasi
Untuk melayani warga kota, tersedia bus antar kota dan dalam kota yang mengangkut penumpang ke berbagai jurusan. Kereta komuter KRL Jabotabek jurusan Bekasi-Jakarta Kota yang dapat digunakan warga Kota Bekasi yang bekerja di Jakarta. Selain itu tersedia pula bus pengumpan TransJakarta dari Kemang Pratama, Galaxi City, dan Harapan Indah. Saat ini pemerintah juga sedang merencanakan untuk membangun monorel yang menghubungkan Bekasi Timur dengan Cawang dan Kuningan.
Di Kota Bekasi banyak digunakan angkutan kota berupa minibus, berpenumpang maksimal 12 orang, yang biasa disebut KOASI (Koperasi Angkutan Bekasi). KOASI melayani warga kota dari terminal Bekasi menuju berbagai perumahan di wilayah Kota Bekasi. Sedangkan becak masih digunakan sebagai sarana angkutan dalam perumahan. Peningkatan jumlah ojek terjadi secara signifikan seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor roda dua. Ojek digunakan untuk transportasi jarak dekat (2–5 km) dan juga di dalam perumahan.
d. Infrastruktur
Sebagai kota satelit Jakarta, tingginya tingkat kemacetan pada jam sibuk biasa terjadi terutama di jalan penghubung antara Jakarta Timur dan Bekasi. Hal ini disebabkan oleh tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor, yang tidak diimbangi dengan penambahan ruas jalan. Oleh sebab itu wilayah Kota Bekasi dipersiapkan untuk pengembangan infrastruktur penunjang Ibu Kota Jakarta. Lahan yang datar dinilai cocok untuk gedung, sarana transportasi dan pusat bisnis. Rencana tata ruang Kota Bekasi itu tertuang dalam konsep pengembangan Badan Kerjasama Pembangunan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur (Jabodetabekjur)
Kota Bekasi dilintasi oleh Jalan Tol Jakarta-Cikampek, dengan empat gerbang tol akses yaitu Pondok Gede Barat, Pondok Gede Timur, Bekasi Barat, dan Bekasi Timur. Serta jalan tol Lingkar Luar Jakarta dengan empat gerbang tol akses yaitu Jati Warna, Jati Asih, Kalimalang, dan Bintara. Untuk mengatasi kemacetan lalu lintas yang menghubungkan Pusat Kota dengan Bekasi Utara, maka pemerintah bersama pengembang Summarecon Agung telah membangun jalan layang sepanjang 1 km. Disamping itu pemerintah juga berencana akan membangun jalan layang Bulak Kapal di Jalan Joyomartono, Bekasi Timur.
Untuk memenuhi kebutuhan olahraga, saat ini pemerintah Kota Bekasi sedang membangun stadion baru bertaraf internasional. Stadion ini memiliki kapasitas sekitar 30.000 tempat duduk, yang direncanakan akan menjadi kandang klub sepak bola Persipasi. Pemerintah juga menata beberapa lapangan olah raga di GOR Bekasi, serta mempercantik taman kota.
Seni dan Budaya
Sulit menetapkan kesenian Kota Bekasi karena warga kota ini adalah percampuran antara budaya Sunda, Jawa Barat dan budaya Betawi. Berbeda dengan Kabupaten Bekasi yang sebagian besar penduduknya orang Sunda, saat ini kebanyakan warga Kota Bekasi berasal dari Jakarta.
Bahasa Bekasi benar-benar khas karena bila diperhatikan, orang asli atau yang sudah lama tinggal di Bekasi akan berbicara dengan bahasa Sunda, atau terkadang hanya logatnya. Dengan membawa keaslian Sunda tersebut, Bekasi yang notabene adalah kota urban, terkena imbas budaya betawi yang begitu mudah masuk dan mempengaruhi nilai-nilai sosial, termasuk bahasa. Seringkali orang Bekasi dapat dikenali kesundaannya dari logat dan nada yang digunakan. Namun diksi dan kata-kata yang dipilih lebih mengarah ke bahasa Betawi. Sehingga dapat disimpulkan bahasa Bekasi adalah percampuran antara Betawi dan Sunda yang membuat bahasanya lebih menarik dan unik.
Dalam kenyatanya kesenian Kota Bekasi lebih dekat dengan kesenian khas Jakarta. Ini disebabkan Budaya Betawi warga Kota Bekasi masih sangat dekat dengan budaya Betawi. Sejak masa Kerajaan Pasundan, beberapa kesenian asli daerah muncul seperti kesenian Tari Topeng dan kesenian Ujungan.
Tarian Topeng yang biasa di kenal dengan Topeng saja merupakan salah satu jenis kesenian khas bekasi yang relatif masih ada dan banyak penggemarnya, sama halnya dengan musik gambus. Topeng bekasi ini biasanya dimainkan untuk memeriahkan upacara perkawinan, khitanan dan khaulan akan tetapi bisa juga dimainkan dalam acara–acara resmi seperti menyambut tamu, pentas seni dan kampanye pemilu. Walaupun dinamakan tarian topeng namun kesenian ini tidak didominasi oleh tarian saja tapi juga menampilkan lawakan (komedi) yang biasanya menyangkut kisah kehidupan masyarakat kecil. Tari topeng biasanya diiringi oleh beberapa alat musik tradisional seperti gendang, rebab, gong, kenong tiga dan kecrek.
    Kesenian Ujungan yaitu kesenian dengan memukul betis dan tulang kering, dengan memanfaatkan lull aren, seorang pemain Ujungan langsung meloncat-loncat dengan bergaya lucu. Agar tidak terkena penonton, maka arenanya dipersiapkan terpisah. Sejak tumbuh di jamannya, permainan Ujungan ini sangat digemari warga Kota Bekasi.
   Kota Bekasi juga menjadi sumber inspirasi bagi para seniman untuk menuangkan kreasinya, antara lain muncul dalam puisi Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar dan dalam dua novel karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Kranji-Bekasi Jatuh (1947) serta Di Tepi Kali Bekasi (1951). Karya-karya tersebut lahir pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia
Pariwisata
Bekasi menjadi salah satu kota wisata di Provinsi Jawa Barat, objek wisata di Bekasi antara lain:
  1. Taman Buaya Indonesia Jaya di Jl. Suka Ragam, Serang, Cikarang, Bekasi. Tempat ini dibuka untuk umum pada hari minggu saja.
  2. Pantai Muara Beting dan Muara Gembong. Kedua pantai ini menawarkan keindahan alam dan pesona pantai yang menawan. Di tepi pantai banyak tumbuh hutan bakau yang dikembangkan oleh pemerintah setempat menjadi objek wisata.
  3. Pantai Muara Bendera terletak di Kecamatan Gembong.
  4. Situ Gede merupakan objek wisata berupa danau yang indah dengan suasana asri.
  5. Saung Ranggon, rumah tradisional kuno yang telah dibangun sejak abad ke-16, terletak di di desa Cikedokan, Cikarang Barat. Di dalamnya terdapat benda pusaka yang setiap bulan maulud selalu dilakukan upacara pencucian
Permasalahan Kota


Dari aspek geografis, permasalahan yang paling mencolok adalah porsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) serta jumlah dan luas lokasi banjir. Porsi RTH yang seharus sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang RTRW Nasional yaitu 30%. Pada kenyataannya bahwa porsi Ruang Terbuka Hijau terhadap seluruh luasan wilayah Kota Bekasi baru mencapai 24,1%. Hal ini berpengaruh pada daya serap tanah terhadap curah hujan dan aliran air. Porsi RTH ini masih di bawah porsi RTH yang seharus sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang RTRW Nasional. Selain itu, Permasalahan utama dalam bidang sosial masyarakat Kota Bekasi adalah pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM), jumlah penduduk miskin, dan penyandang masalah penyakit sosial. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bekasi selama ini menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun hal ini ditunjukkan dari capaian IPM Kota Bekasi pada tahun 2009 dan 2010 yang diatas IPM Jawa Barat dan Indonesia. Namun angka IPM yang masih dibawah angka 8 belum bisa membuat kualitas sumber daya manusia Kota Bekasi dapat bersaing di tingkat global.

Potensi Kota

Masyarakat Kota Bekasi memilki kreatifitas yang sangat tinggi. Ditengah suasana perekonomian yang tidak menentu, Industri kreatif di Kota Bekasi menunjukkan perkembangan dan kemampuannya bersaing dengan IKM dari wilayah lain di Indonesia. Industri Kreatif ini diharapkan akan terus berkembang besar dan mampu menunjukan jati diri Kota Bekasi,  sehingga pelaku industri kecil menengah (IKM) selalu dapat menjadi kebanggaan bagi Kota Bekasi. Industri Kreatif yang ada saat ini sudah mampu menyokong tenaga kerja di Kota Bekasi. Hal ini sudah sesuai dengan misi kota Bekasi yang mencanangkan penciptaan lapangan kerja dan dapat merekrut sumber daya manusia (SDM) sebanyak 50 ribu. Potensi yang dimiliki industry kreatif sangat besar untuk dapat menembus pasar yang lebih jauh lagi seperti di Rawalumbu, di sana banyak pelaku industri boneka yang nilai ekonomisnya sangat tinggi. Apalagi pasarnya juga ada yang sudah ke mancanegara. Kemudian juga ada pengrajin batok kelapa yang menjadi salah satu peserta pameran Industri Kreatif Kota Bekasi 2015 yang mampu memanfaatkan limbah batok kelapa yang dibuat menjadi miniatur vespa dan motor. Hebatnya pelaku pameran industry kreatif tersebut penyandang disabilitas, namun didalam keterbatasan tersebut tidak membuatnya menyerah untuk berkreasi, dan hasilnya dapat di lihat dan dirasakan baik bagi dirinya sendiri dan juga bagi masyarakat. Kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan ajang untuk memamerkan hasil-hasil kreasi baik dari pelaku IKM maupun dari pengrajin-pengrajin yang ada di kota ini dan tentunya hasil kegiatan insutri tersebut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Kota Bekasi sendiri.

Jadi tunggu apalagi yuk kita kunjungi kota bekasi yang penuh dengan beragam cerita menarik di dalamnya:D

Referensi
 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun 2013-2018 Revisi

Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 13 Tahun 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BEKASI TAHUN 2011-2031