Gambaran
Umum
Kota Bekasi adalah salah
satu kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Nama Bekasi sendiri
berasal dari kata bagasasi yang artinya sama dengan candrabaga yaitu nama
sungai yang melewati kota ini, nama ini tertulis di dalam Prasasti Tugu era
Kerajaan Tarumanegara. Kota Bekasi ini merupakan bagian dari megapolitan
“JABODETABEK” dan menjadi kota dengan jumlah penduduk terbanyak kelima di Indonesia
sebanyak 2.334.871 jiwa (Sumber : Sensus Penduduk 2010) serta menjadi kota
terpadat kesepeluh di Indonesia dengan kepadatan 11.000 jiwa/km2.
Kota
Bekasi juga dijuluki sebagai Kota Patriot dan Kota Pejuang karena saat ini Kota
Bekasi berkembang menjadi tempat tinggal kaum urban yang mencari nafkah di
pusat kota dan sentra industri salah satu sumber kegiatan untuk mencari nafkah.
Sejarah
Bekasi
merupakan ibu kota Kerajaan Tarumanegara pada masa tempo dulu dengan sebutn
Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri. Di kota inilah asal Maharaja Tarusbawa,
pendiri Kerajaan Sunda menurunkan raja-raja sunda sampai generasi ke-40 yaitu
Ratu Ragumulya, Penguasa Pajajaran yang terakhir.
Pada masa kolonial Hindia-Belanda,
Bekasi merupakan salah satu kewedanaan di dalam Kabupaten Meester
Cornelis, yang termasuk ke dalam wilayah karesidenan Batavia En Omelanden.
Saat itu kehidupan masyarakatnya masih di kuasai oleh para tuan tanah keturunan
Cina. Kondisi ini terus berlanjut sampai pendudukan militer Jepang.
Pendudukan militer Jepang turut mengubah kondisi masyarakat saat itu. Jepang
melaksanakan Japanisasi di semua
sektor kehidupan. Regenschap Meester Cornelis menjadi Ken Jatinegara yang
wilayahnya meliputi Gun Cikarang, Gun Kebayoran dan Gun Matraman[2]. Pada
tahun 1950, Kabupaten Meester Cornelis (Jatinegara) berubah nama menjadi Kabupaten Bekasi.
Dan Kota Bekasi merupakan sebuah kecamatan dari Kabupaten Bekasi yang kemudian
berkembang dan ditingkatkan statusnya pada tahun
1982 menjadi kota
administratif Bekasi. Kota Bekasi saat itu terdiri atas empat kecamatan
yaitu kecamatan Bekasi Timur, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, dan Bekasi Utara,
serta meliputi 18 kelurahan dan 8 desa. Pada tahun 1996
kota administratif Bekasi kembali ditingkatkan statusnya menjadi kotamadya
(sekarang "kota").
Luas Wilayah dan Letak Geografis
Letak
Geografis Kota Bekasi yang berada di 106o48’28’’
– 107o27’29’’ Bujur Timur dan 6o10’6’’ – 6o30’6’’
Lintang Selatan ini merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Kota Bekasi
memiliki luas wilayah daratan seluas 210,49 km2 atau sekitar 0,59%
dari wilayah daratan Provinsi Jawa Barat. Batas Wilayah Kota Bekasi adalah :
- Sebelah
Utara : Kabupaten Bekasi
-
Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota
Depok
-
Sebelah Barat : Provinsi DKI Jakarta
- Sebelah
Timur : Kabupaten Bekasi
Berdasarkan
pembagian administratifnya Kota Bekasi dibagi menjadi 12 kecamatan yaitu
Kecamatan Pondok Gede, Jati Sampurna, Jati Asih, Bantar Gebang, Bekasi Timur,
Rawa Lumbu, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, Medan Satria, Bekasi Utara, Mustika
Jaya, Pondok Melati.
Topografi
Kota Bekasi terletak pada ketinggian 19 meter dari permukaan laut (m dpl), yang memiliki kondisi topografi yang relatif datar oleh karena itu daerah Kota Bekasi termasuk dalam
satuan dataran rendah yang memiliki potensi banjir cukup tinggi
(SLHD Kota Bekasi dari BPS Kota Bekasi, 2010). Ketinggian kurang dari 25
meter berada pada Kecamatan Medan Satria, Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Bekasi
Timur, dan Pondok gede. Sedangkan ketinggian antara 25–100 meter dpl berada di
Kecamatan Bantargebang, Pondok Melati, dan Jatiasih. Morfologi regional Kota Bekasi relatif datar dengan kemiringan antara 0 – 2 %, dengan
bentuk miring ke utara, dan menempati daerah yang paling luas di bagian tengah
dan utara sampai ke pantai. Struktur lahan di Kota Bekasi mayoritas terdiri
dari daerah datar yang berawa.
Wilayah dengan ketinggian dan kemiringan
rendah menyebabkan pada beberapa daerah sulit untuk membuang air limpasan hujan
dengan cepat, sehingga sering merupakan langganan genangan air, yaitu ditemukan
di beberapa kecamatan, seperti:
Ø Kecamatan
Jatiasih, meliputi: Kelurahan Jatirasa, Jatimekar dan Jatikramat;
Ø Kecamatan
Bekasi Timur, meliputi: Kelurahan Duren Jaya dan Aren Jaya;
Ø Kecamatan
Rawalumbu, meliputi: Kelurahan Bojong Menteng dan Pengasinan;
Ø Kecamatan
Bekasi Selatan, meliputi: Kelurahan Jakasetia, Pekayon Jaya, dan Marga Jaya;
Ø Kecamatan
Bekasi Barat, meliputi Kelurahan Bintara Jaya dan Kota Baru;
Ø Kecamatan
Pondok Melati, meliputi Kelurahan Jatirahayu.
Profil
topografi kota seperti tersebut di atas secara tidak langsung berpengaruh
terhadap penanganan air limbah, yang selama ini bertumpuk atau terkonsentrasi
di beberapa kelurahan, seperti: Kelurahan Jatimakmur, Kelurahan Jatikramat,
Kelurahan Jatimekar, dan Kelurahan Jatisari (Kecamatan Jatiasih), serta
Kelurahan Mustika Jaya (Kecamatan Bekasi Timur).
Geologi
dan Jenis Tanah
Struktur
geologi wilayah Kota Bekasi didominasi oleh pleistocene volcanic facies.
Struktur aluvium menempati sebagian kecil wilayah Kota Bekasi bagian Utara.
Sedangkan struktur miocene sedimentary facies terdapat di bagian Barat wilayah
Kota Bekasi sepanjang perbatasan dengan wilayah Provinsi DKI Jakarta. Kondisi
di wilayah Selatan Kota Bekasi, tepatnya di daerah Jatisampurna, terdapat sumur
gas. Sumur gas tersebut adalah II.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota
Bekasi Tahun 2013-2018 Revisi Sumur JNG-A dengan titik koordinat
106°55’8,687”BT dan 06°20’54,051”LS dan Sumur JNG-B dengan titik koordinat
106°55’21,155”BT dan 06°21’10,498”LS. Keadaan tanah dapat membantu di dalam
menentukan wilayah yang cocok untuk permukiman dengan mempertimbangkan aspek
fisik yang meliputi kedalaman efektif, tekstur tanah, dan jenis tanah. Dengan
kedalaman efektif tanah sebagian besar di atas 91 sentimeter, jenis tanah
latosol dan aluvial, serta tekstur tanah didominasi sedang halus. Komposisi
perbandingan berdasarkan luasnya antara lain: tekstur halus seluas 17.260
hektar (82 persen), tekstur sedang seluas 3.368 hektar (16 persen) dan tekstur
kasar seluas 421 hektar (dua persen).
Peta Air Limbah Kota Bekasi 2010
Hidrologi
dan Klimatologi
Kondisi hidrologi Kota Bekasi
dibedakan menjadi dua:
1. Air permukaan, mencakup kondisi
air hujan yang mengalir ke sungai-sungai.
Wilayah
Kota Bekasi dialiri 3 (tiga) sungai utama yaitu Sungai Cakung, Sungai Bekasi
dan Sungai Sunter, beserta anak-anak sungainya. Sungai Bekasi mempunyai hulu di
Sungai Cikeas yang berasal dari gunung pada ketinggian kurang lebih 1.500 meter
dari permukaan air.
Air
permukaan yang terdapat di wilayah Kota Bekasi meliputi sungai/kali Bekasi dan
beberapa sungai/kali kecil serta saluran irigasi Tarum Barat yang selain digunakan
untuk mengairi sawah juga merupakan sumber air baku bagi kebutuhan air minum
wilayah Bekasi (kota dan kabupaten) dan wilayah DKI Jakarta. Kondisi air
permukaan kali Bekasi saat ini tercemar oleh limbah industri yang terdapat di
bagian selatan wilayah Kota Bekasi (industri di wilayah Kabupaten Bogor).
2. Air tanah
Kondisi
air tanah di wilayah Kota Bekasi sebagian cukup potensial untuk digunakan
sebagai sumber air bersih terutama di wilayah selatan Kota Bekasi, tetapi untuk
daerah yang berada di sekitar TPA Bantargebang kondisi air tanahnya kemungkinan
besar sudah tercemar.
Wilayah
Kota Bekasi secara umum tergolong pada iklim kering dengan tingkat kelembaban
yang rendah. Kondisi lingkungan sehari-hari sangat panas. Hal ini terlebih
dipengaruhi oleh tata guna lahan yang meningkat terutama industri/perdagangan
dan permukiman. Temperatur harian diperkirakan berkisar antara 24 – 33° C
Demografi
a. Kependudukan
Sejak
dibentuk sebagai Kotamadya pada tanggal 10 Maret 1997, mulanya penduduk Kota
Bekasi hanya berjumlah 1.471.477 jiwa yang terdiri dari laki-laki 740.467 jiwa
dan penduduk perempuan sekitar 731.010 jiwa. Namun pada tahun 2013, berdasarkan
BPS Kota Bekasi jumlah penduduk Kota Bekasi mencapai 2.592.819 jiwa. Jumlah ini
ternyata meningkat selama dua tahun terakhir, yaitu dari 2.523.032 jiwa pada
2012 dari 2.453.328 jiwa tahun 2011. Seperti terlihat pada tabeldibawah ini:
Sumber : BPS Kota Bekasi Tahun 2016
Berdasarkan sensus tahun 2010, Kecamatan
Bekasi Utara merupakan wilayah dengan tingkat
kepadatan tertinggi di Kota Bekasi, yakni sebesar 12.237 jiwa/km² dan Kecamatan
Bantar Gebang dengan kepadatan 4.310 jiwa/km²
menjadi yang terendah.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk
yang mayoritas tergolong masyarakat kelas menengah ke atas, Bekasi juga gencar
melakukan pembangunan apartemen dan pusat perbelanjaan mewah. Selain itu Bekasi
sebagai kawasan hunian masyarakat urban, kota ini banyak membangun kota-kota
mandiri, di antaranya Kota Harapan Indah, Kemang Pratama, dan Galaxi City dan
terakhir juga sedang pada tahap pembangunan kota mandiri Summarecon Bekasi
seluas 240 ha di kecamatan Bekasi Utara.
b. Agama
Kota Bekasi memiliki beragam jenis
agama yang di anut oleh penduduknya. Agama Islam menjadi agama mayoritas di
Kota Bekasi dengan jumlah penduduk sebanyak 2,508,492
jiwa. Agama Kristen dianut penduduk sebanyak 80,636 jiwa. Penduduk beragama
Katolik sebanyak 19,594 jiwa. Beragama Hindu sebanyak 1,920 jiwa, Agama Budha sebanyak 11,769 jiwa, dan
paling rendah jumlah penduduk beragama Khonguchu sebanyak 475 jiwa. Penduduk
umat beragama di Kota Bekasi juga ditunjang oleh beberapa fasilitas peribadatan
yang terdapat di kota ini seperti Masjid Agung Al-Barkah Bekasi
untuk umat beragama islam yang terletak di pusat kota. Kemudian fasilitas
peribadatan lainnya seperti Vihara Tridharma Buddha Dharma di Pasar Lama,
Cetiya Buddha Jayanti di Kota Harapan Indah, Gereja Santo Arnoldus di Bekasi
Timur, Gereja Santo Michael di Bekasi Barat, Gereja Santo Bartholomeus di
Bekasi Selatan, Gereja Santa Clara di Bekasi Utara.
c.
Suku Bangsa
Masyarakat
Kota Bekasi merupakan masyarakat yang heterogen yang terdiri dari beragam suku
dan golongan. Beberapa suku yang dominan di Kota Bekasi adala suku Betawi,
Sunda, Jawa, Minangkabau, Tionghoa dan lain-lain. Perbedaan suku bangsa ini
tidak menghalangi terciptanya kehidupan yang rukun di Kota Bekasi ini sendiri.
d.
Bahasa
Beragam
bahsa yang terdapat di Kota Bekasi, hal ini dipengaruhi oleh asal daerah para
penduduknya seperti bahasa Sunda, bahasa Betawi, bahasa Tionghoa, bahasa
Minang, bahasa jawa. Namun tidak jarang Bahasa Indonesia menjadi bahasa
pengantar sehari-hari masyarakat Kota Bekasi. Hal ini disebabkan karena Kota
Bekasi sendiri ialah kota urban untuk mencari pekerjaan dimana Bahasa Indonesia
sebagai bahasa yang dipahami semua suku bangsa di Indonesia untuk mempermudah
para antar urban dari berbagai suku bangsa dalam berkomunikasi.
Sarana
dan Prasarana
a. Pendidikan
Saat
ini terdapat 3110 sekolah, 62852 siswa dan 2260 guru yang terdaftar di seluruh
kota Bekasi dan daerah sekitarnya. Di Kota Bekasi terdapat 19 SMA yang terdiri atas 12 SMA Negeri, 2 Madrasah Aliyah
Negeri dan 2 SMALB Negeri yang dikelola oleh Dinas Pendidikan
Kota Bekasi.
b. Kesehatan
Kota
Bekasi memiliki 31 Puskesmas yang tersebar diwilayahnya. Selain
itu kota Bekasi juga meluncurkan Kartu Bekasi Sehat (KBS) yang dibagikan kepada
warga yang tidak mampu. Selain itu ada
beberapa rumah sakit besar di kota Bekasi seperti Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Bekasi dan Rumah Sakit Mitra
Keluarga
c. Transportasi
Untuk
melayani warga kota, tersedia bus antar kota dan dalam kota yang mengangkut
penumpang ke berbagai jurusan. Kereta komuter KRL
Jabotabek jurusan Bekasi-Jakarta Kota
yang dapat digunakan warga Kota Bekasi yang bekerja di Jakarta. Selain itu
tersedia pula bus pengumpan TransJakarta dari Kemang Pratama, Galaxi City, dan Harapan Indah. Saat
ini pemerintah juga sedang merencanakan untuk membangun monorel yang
menghubungkan Bekasi Timur dengan Cawang dan Kuningan.
Di
Kota Bekasi banyak digunakan angkutan kota berupa minibus, berpenumpang
maksimal 12 orang, yang biasa disebut KOASI (Koperasi Angkutan Bekasi). KOASI
melayani warga kota dari terminal Bekasi menuju berbagai perumahan di wilayah
Kota Bekasi. Sedangkan becak
masih digunakan sebagai sarana angkutan dalam perumahan. Peningkatan jumlah
ojek terjadi secara signifikan seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan
bermotor roda dua. Ojek digunakan untuk transportasi jarak dekat (2–5 km)
dan juga di dalam perumahan.
d. Infrastruktur
Sebagai
kota satelit Jakarta,
tingginya tingkat kemacetan pada jam sibuk biasa terjadi terutama di jalan
penghubung antara Jakarta Timur dan Bekasi. Hal ini disebabkan oleh tingginya
pertumbuhan kendaraan bermotor, yang tidak diimbangi dengan penambahan ruas
jalan. Oleh sebab itu wilayah Kota Bekasi dipersiapkan untuk pengembangan
infrastruktur penunjang Ibu Kota Jakarta. Lahan yang datar dinilai cocok untuk
gedung, sarana transportasi dan pusat bisnis. Rencana tata ruang Kota Bekasi
itu tertuang dalam konsep pengembangan Badan Kerjasama Pembangunan Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur (Jabodetabekjur)
Kota
Bekasi dilintasi oleh Jalan Tol Jakarta-Cikampek, dengan empat gerbang tol akses yaitu Pondok Gede Barat,
Pondok Gede Timur, Bekasi Barat, dan Bekasi Timur. Serta jalan tol Lingkar Luar Jakarta dengan empat gerbang tol akses yaitu Jati Warna, Jati Asih,
Kalimalang, dan Bintara. Untuk mengatasi kemacetan lalu lintas yang
menghubungkan Pusat Kota dengan Bekasi Utara, maka pemerintah bersama
pengembang Summarecon Agung telah membangun jalan layang sepanjang 1 km.
Disamping itu pemerintah juga berencana akan membangun jalan layang Bulak Kapal
di Jalan Joyomartono, Bekasi Timur.
Untuk
memenuhi kebutuhan olahraga, saat ini pemerintah Kota Bekasi sedang membangun
stadion baru bertaraf internasional. Stadion ini memiliki kapasitas sekitar
30.000 tempat duduk, yang direncanakan akan menjadi kandang klub sepak bola
Persipasi. Pemerintah juga menata beberapa lapangan olah raga di GOR Bekasi,
serta mempercantik taman kota.
Seni
dan Budaya
Sulit
menetapkan kesenian Kota Bekasi karena warga kota ini adalah percampuran antara
budaya Sunda, Jawa Barat dan budaya Betawi. Berbeda dengan
Kabupaten Bekasi yang sebagian besar penduduknya orang Sunda, saat ini
kebanyakan warga Kota Bekasi berasal dari Jakarta.
Bahasa
Bekasi benar-benar khas karena bila diperhatikan, orang asli atau yang sudah
lama tinggal di Bekasi akan berbicara dengan bahasa Sunda, atau terkadang hanya logatnya. Dengan membawa keaslian
Sunda tersebut, Bekasi yang notabene adalah kota urban, terkena imbas budaya
betawi yang begitu mudah masuk dan mempengaruhi nilai-nilai sosial, termasuk
bahasa. Seringkali orang Bekasi dapat dikenali kesundaannya dari logat dan nada
yang digunakan. Namun diksi dan kata-kata yang dipilih lebih mengarah ke bahasa Betawi. Sehingga dapat disimpulkan bahasa Bekasi adalah
percampuran antara Betawi dan Sunda yang membuat bahasanya lebih menarik dan
unik.
Dalam
kenyatanya kesenian Kota Bekasi lebih dekat dengan kesenian khas Jakarta. Ini
disebabkan Budaya Betawi warga Kota Bekasi masih sangat dekat dengan budaya
Betawi. Sejak masa Kerajaan Pasundan, beberapa kesenian asli daerah muncul seperti kesenian Tari
Topeng dan kesenian Ujungan.
Tarian
Topeng yang biasa di kenal dengan Topeng saja merupakan salah satu jenis
kesenian khas bekasi yang relatif masih ada dan banyak penggemarnya, sama
halnya dengan musik gambus. Topeng bekasi ini biasanya dimainkan untuk
memeriahkan upacara perkawinan, khitanan dan khaulan akan tetapi bisa juga
dimainkan dalam acara–acara resmi seperti menyambut tamu, pentas seni dan
kampanye pemilu. Walaupun dinamakan tarian topeng namun kesenian ini tidak
didominasi oleh tarian saja tapi juga menampilkan lawakan (komedi) yang biasanya menyangkut kisah kehidupan masyarakat kecil.
Tari topeng biasanya diiringi oleh beberapa alat musik tradisional seperti gendang, rebab, gong, kenong tiga dan kecrek.
Kesenian
Ujungan yaitu kesenian dengan memukul betis dan tulang kering, dengan
memanfaatkan lull aren, seorang pemain Ujungan langsung meloncat-loncat dengan
bergaya lucu. Agar tidak terkena penonton, maka arenanya dipersiapkan terpisah.
Sejak tumbuh di jamannya, permainan Ujungan ini sangat digemari warga Kota
Bekasi.
Kota Bekasi juga menjadi sumber
inspirasi bagi para seniman untuk menuangkan kreasinya, antara lain muncul
dalam puisi Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar dan dalam dua novel karya Pramoedya Ananta
Toer yang berjudul Kranji-Bekasi
Jatuh (1947) serta Di Tepi Kali Bekasi (1951). Karya-karya tersebut
lahir pada masa revolusi kemerdekaan
Indonesia
Pariwisata
- Taman Buaya Indonesia Jaya di
Jl. Suka Ragam, Serang, Cikarang, Bekasi. Tempat ini dibuka untuk umum
pada hari minggu saja.
- Pantai Muara Beting dan Muara
Gembong. Kedua pantai ini menawarkan keindahan alam dan pesona pantai yang
menawan. Di tepi pantai banyak tumbuh hutan bakau yang dikembangkan oleh
pemerintah setempat menjadi objek wisata.
- Pantai Muara Bendera terletak
di Kecamatan Gembong.
- Situ Gede merupakan objek
wisata berupa danau yang indah dengan suasana asri.
- Saung Ranggon, rumah
tradisional kuno yang telah dibangun sejak abad ke-16, terletak di di desa
Cikedokan, Cikarang Barat. Di dalamnya terdapat benda pusaka yang
setiap bulan maulud selalu dilakukan upacara pencucian
Permasalahan Kota
Dari aspek geografis,
permasalahan yang paling mencolok adalah porsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) serta
jumlah dan luas lokasi banjir. Porsi RTH yang seharus sebagaimana diatur di dalam
Undang-Undang RTRW Nasional yaitu 30%. Pada kenyataannya bahwa porsi Ruang
Terbuka Hijau terhadap seluruh luasan wilayah Kota Bekasi baru mencapai 24,1%. Hal ini berpengaruh pada daya serap tanah terhadap curah hujan
dan aliran air. Porsi RTH ini masih di bawah porsi RTH yang seharus sebagaimana
diatur di dalam Undang-Undang RTRW Nasional. Selain itu, Permasalahan utama
dalam bidang sosial masyarakat Kota Bekasi adalah pencapaian Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), jumlah penduduk miskin, dan penyandang masalah penyakit sosial.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bekasi selama ini menunjukkan peningkatan
dari tahun ke tahun hal ini ditunjukkan dari capaian IPM Kota Bekasi pada tahun
2009 dan 2010 yang diatas IPM Jawa Barat dan Indonesia. Namun angka IPM yang
masih dibawah angka 8 belum bisa membuat kualitas sumber daya manusia Kota
Bekasi dapat bersaing di tingkat global.
Potensi
Kota
Masyarakat Kota Bekasi memilki
kreatifitas yang sangat tinggi. Ditengah suasana perekonomian yang tidak
menentu, Industri kreatif di Kota Bekasi menunjukkan perkembangan dan
kemampuannya bersaing dengan IKM dari wilayah lain di Indonesia. Industri
Kreatif ini diharapkan akan terus berkembang besar dan mampu menunjukan jati
diri Kota Bekasi, sehingga pelaku
industri kecil menengah (IKM) selalu dapat menjadi kebanggaan bagi Kota Bekasi.
Industri Kreatif yang ada saat ini sudah mampu menyokong tenaga kerja di Kota
Bekasi. Hal ini sudah sesuai dengan misi kota Bekasi yang mencanangkan
penciptaan lapangan kerja dan dapat merekrut sumber daya manusia (SDM) sebanyak
50 ribu. Potensi yang dimiliki industry kreatif sangat besar untuk dapat
menembus pasar yang lebih jauh lagi seperti di Rawalumbu, di sana banyak pelaku
industri boneka yang nilai ekonomisnya sangat tinggi. Apalagi pasarnya juga ada
yang sudah ke mancanegara. Kemudian juga ada pengrajin batok kelapa yang
menjadi salah satu peserta pameran Industri Kreatif Kota Bekasi 2015 yang mampu
memanfaatkan limbah batok kelapa yang dibuat menjadi miniatur vespa dan motor.
Hebatnya pelaku pameran industry kreatif tersebut penyandang disabilitas, namun
didalam keterbatasan tersebut tidak membuatnya menyerah untuk berkreasi, dan
hasilnya dapat di lihat dan dirasakan baik bagi dirinya sendiri dan juga bagi masyarakat.
Kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan ajang untuk memamerkan hasil-hasil
kreasi baik dari pelaku IKM maupun dari pengrajin-pengrajin yang ada di kota
ini dan tentunya hasil kegiatan insutri tersebut dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat Kota Bekasi sendiri.
Jadi tunggu apalagi yuk
kita kunjungi kota bekasi yang penuh dengan beragam cerita menarik di
dalamnya:D
Referensi
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota
Bekasi Tahun 2013-2018 Revisi
Peraturan Daerah Kota Bekasi
Nomor 13 Tahun 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BEKASI TAHUN
2011-2031